Rabu, 19 Oktober 2011

pembenihan ikan gurami

Diposting oleh yuli murniyanti di 01.06 0 komentar
Made with Tripod.com

PEMBENIHAN IKAN GURAMI

     
Ikan gurami merupakan ikan asli perairan Indonesia yang sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina.  Merupakan salah satu ikan labirinth dan secara taksonomi termasuk famili Osphronemidae. 
Ikan gurami adalah salah satu komoditas yang banyak dikembangkan oleh para petani hal ini dikarenakan permintaan pasar cukup tinggi, pemeliharaan mudah serta harga yang relatif stabil. 
1.     SISTEMATIKA
Filum        : Chordata
Kelas       : Actinopterygii
Ordo        : Perciformes
Subordo     : Belontiidae
Famili       : Osphronemidae
Genus       : Osphronemus
Spesies     : Osphronemus gouramy, Lac.
Secara morfologi, ikan ini memiliki garis lateral tunggal, lengkap dan tidak terputus, bersisik stenoid serta memiliki gigi pada rahang bawah.  Sirip ekor membulat. Jari-jari lemah pertama sirip perut merupakan benang panjang yang berfungsi sebagai alat peraba.  Tinggi badan 2,0-2,1 kali dari panjang standar.  Pada ikan muda terdapat garis-garis tegak berwarna hitam berjumlah 8 sampai dengan 10 buah dan pada daerah pangkal ekor terdapat titik hitam bulat.
3.     PEMBENIHAN
a.     Pemijahan
      Ikan gurami dapat memijah sepanjang tahun, walaupun produktifitasnya lebih tinggi terutama pada musim kemarau.  Adapun hal yang perlu diperhatikan untuk pemijahan ini adalah padat tebar induk, tata letak sarang, panen telur dan kualitas air media pemijahan.  Betina dicirikan dari bentuk kepala dan rahang serta adanya bintik hitam pada kelopak sirip.  Induk jantan ditandai dengan adanya benjolan di kepala bagian atas, rahang bawah yang tebal terutama pada saat musim pemijahan dan tidak adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada.  Sedangkan induk betina ditandai dengan bentuk kepala bagian atas datar, rahang bawah tipis dan adanya bintik hitam pada kelopak sirip dada.
Padat tebar induk adalah 1 ekor/5 m2  dengan perbandingan jumlah jantan:betina adalah 1:3-4. Penebaran induk di kolam pemijahan dapat dilakukan secara berpasangan (sesuai perbandingan) pada kolam yang disekat ataupun secara komunal (satu kolam diisi beberapa pasangan).  Induk betina dapat memproduksi telur 1 500 sampai dengan 2 500 butir/kg induk.
Sarang diletakkan 1-2 m dari tempat bahan sarang dengan kedalaman 10 -15 cm dari permukaan air. Sarang dipasang mendatar sejajar dengan permukaan air dan menghadap ke arah tempat bahan sarang. 
Tempat bahan sarang diletakkan di permukaan air dapat berupa anyaman kasar dari bambu atau bahan lainnya diatur sedemikian rupa sehingga induk ikan mudah mengambil sabut kelapa/ijuk untuk membuat sarang.  Pembuatan sarang dapat berlangsung selama 1 sampai dengan 2 minggu bergantung pada kondisi induk dan lingkungannya.
Pemeriksaan sarang yang sudah berisi telur dapat dilakukan dengan cara meraba dan menggoyangkan sarang secara perlahan atau dengan menusuk sarang menggunakan lidi/kawat dan menggoyangkannya. Sarang yang sudah berisi telur ditandai dengan keluarnya minyak/telur dari sarang ke permukaan air.
Sarang yang sudah berisi telur diangkat. Telur dipisahkan dari sarang dengan cara membuka sarang secara hati-hati. Karena mengandung minyak, telur akan mengambang di permukaan air. Telur yang baik berwarna kuning bening sedangkan telur berwarna kuning keruh dipisahkan dan dibuang karena telur yang demikian tidak akan menetas.  Minyak yang timbul dapat dikurangi dengan cara diserap memakai kain.
Kualitas media pemijahan yang baik adalah suhu 25-30 oC, Nilai pH 6,5 - 8,0, laju pergantian air 10-15 % per hari dan ketinggian air kolam  40 - 60 cm.
b.     Penetasan Telur
Padat tebar telur 4 sampai dengan 5 butir/cm2 dengan ketinggian air 15 - 20 cm. Kepadatan dihitung per satuan luas permukaan wadah sesuai dengan sifat telur yang mengambang.  Untuk mempertahankan kandungan oksigen terlarut, di dalam media penetasan perlu ditambahkan aerasi kecil tetapi harus dijaga agar telur tidak teraduk.  Kualitas air media penetasan yang baik adalah suhu 29 - 30 oC, nilai pH 6,7 - 8,6 dan bersumber dari air tanah.  Bila air sumber mengandung karbondioksida tinggi, nilai pH rendah atau mengandung bahan logam (misalnya besi), sebaiknya air diendapkan dulu selama 24 jam. Telur akan menetas setelah 36 - 48 jam.
 c.     Pemeliharaan Larva
Setelah telur menetas, larva dapat terus dipelihara di corong penetasan/waskom sampai umur 6 hari kemudian dipindahkan ke akuarium.  Bila penetasan dilakukan di akuarium, pemindahan larva tidak perlu dilakukan. Selama pemeliharaan larva, penggantian air hanya perlu dilakukan untuk membuang minyak bila minyak yang dihasilkan ketika penetasan cukup banyak.  Sedangkan bila larva sudah diberi makan, penggantian air dapat disesuaikan dengan kondisi air yaitu bila sudah banyak kotoran dari sisa pakan dan “ Faeces “.
Pemeliharaan larva di akuarium dilakukan dengan padat tebar 15 - 20 ekor/liter. Pakan mulai diberikan pada saat larva berumur 5 sampai dengan 6 hari berupa cacing Tubifex, Artemia, Moina atau Daphnia yang disesuaikan dengan bukaan mulut ikan. Kualitas air sebaiknya dipertahankan pada tingkat suhu 29 - 30 o C, nilai pH 6,5 - 8,0 dan ketinggian air 15 - 20 cm.
 d.     Pendederan I, II, III, IV dan V
Pemeliharaan benih pada pendederan I sampai dengan V dapat dilakukan di akuarium atau kolam.  Di akuarium dilakukan sama seperti halnya pemelihaaran larva tetapi perlu dilakukan penjarangan. Sedangkan di kolam perlu dilakukan kegiatan persiapan kolam yang meliputi pengolahan tanah dasar kolam, pengeringan, pengapuran, pemupukan, pengisian air dan pengkondisian air kolam.  Pengolahan tanah dasar kolam dapat berupa pembajakan, peneplokan dan perbaikan pematang kolam.  Pengeringan dilakukan selama 2 - 5 hari (tergantung cuaca).
Tingkat Pemeliharaan Produksi Ikan Gurami
No
Standar
Satuan
PI
PII
PIII
PIV
PV
1
Padat Tebar
Ekor/M2
100
80
60
45
30
2
Ukuran Benih
Cm
1,00
2,0
4
6
8
3
Pakan
% BB
20
20
10
5
4
 
 
Kali/Hari
2
2
3
3
3
4
Waktu Pemeliharaan
Hari
20
30
40
40
40
5
Sintasan
%
60
60
70
80
80
  e.     Penyakit
Bila teridentifikasi ikan terserang parasit pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian garam  500 - 1000 mg/l dengan cara perendaman selama 24 jam. Sedangkan bila teridentifikasi terserang bakteri pengobatan dapat dilakukan dengan pemberian oksitetrasiklin dengan dosis 5 -10 mg/l secara perendaman selama 24 jam.
 

Kalau Petir Menyambar Danau, Apakah Ikan-ikan Di Dalamnya Bisa Mati?

Diposting oleh yuli murniyanti di 01.00 1 komentar


Belut listrik menangkap mangsanya dengan cara menyetrumnya lebih dulu. Karena itu kalau petir yang kekuatan listriknya jauh lebih besar daripada belut listrik menyambar danau, ikan-ikan di dalamnya tentu akan mati tersetrum. Tenaga listrik juga mengalir di dalam lapisan atmosfer yang menyelimuti bumi. Tenaga listrik ini merupakan fenomena listrik yang ada di bumi. Tenaga listrik yang terdapat di dalam atmosfer terbagi dua, yaitu yang memiliki kutub positif (+) dan kutub negatif (-). Kalau kedua kutub ini bertemu, petir akan muncul. Dengan kata lain, kalau tegangan listrik antara awan dan awan atau antara awan dan tanah meningkat dalam waktu singkat, mengalirlah aliran listrik.
Petir yang timbul kekuatan listriknya amat sangat besar. Setiap kali petir menyambar, tegangannya sekitar 1000 juta Volt (V) dan mengalirlah arus listrik yang lebih besar dari puluhan ribu Ampere (A). Kekuatan petir dengan arus 5000 Ampere saja mampu menghidupkan 7000 bohlam lampu berdaya 100 watt selama 8 jam lebih. Berarti jumlah listrik yang mengalir di dalam petir amat sangat besar, bukan? Itu sebabnya kalau petir menyambar danau, ikan-ikan di dalamnya akan mati dan mengapung di permukaan air.

ikan cantik beracun

Diposting oleh yuli murniyanti di 00.55 0 komentar

Ikan Cantik Beracun Musnahkan Spesies Ikan Lain

ikanPopulasi ikan cantik warna marun tapi beracun merebak di perairan Karibia, bahkan sampai menggeser spesies setempat. Ikan berduri bernama lionfish alias ikan singa ini kerap menyengat para penyelam.Padahal ikan ini aslinya berasal dari lautan tropis Hindia dan Pasifik. Diduga mereka melarikan diri dari tanki ikan Florida dan menyebar ke Kuba, hingga kepulauan Cayman, tujuan utama para penyelam.
Keberadaan lionfish ini cukup mengkawatirkan para pakar ekologi laut, sebab mereka lumayan memusnahkan spesies asli lainnya. Seekor lionsfh bisa menghasbiskan 20 ekor ikan kecil dalam tempo 30 menit. “Belum ada cara untuk menghentikan invasi ini,” ujar Mark Hixon, pakar ekologi laut Oregon State University.
Invasi
Selain beracun, ikan ini juga membunuh mangsa atau musuhnya dengan duri panjang di sekitar tubuhnya. Kasus serupa juga terjadi di Afrika, ikan Nile Perch sudah memusnahkan lebih dari 200 spesies ikan langka. Menurut World Conservation Union, kasus itu masuk dalam 100 daftar invasi spesies terburuk di dunia.
Ikan singa beracun selama ini terkonsentradi di Bahama, dimana mereka juga memangsa semua anak-anak ikan. Ilmuwan yakin bahwa ikan ganas ini pertamakali terbawa ke Atlantika pada tahun 1992 saat terjadi topan Andrew. Spesies ini tidak secara agresif menyerang manusia, namun sekali menggigit maka racunnya sangat fatal. Ikan sepanjang 18 inci ini bergerak secara perlahan dan suka di kedalaman laut. Maka yang paling berpotensi terkena racunnya adalah para penyelam.

budidaya artemia untuk pakan alami ikan

Diposting oleh yuli murniyanti di 00.47 2 komentar


BUDIDAYA ARTEMIA UNTUK PAKAN ALAMI IKAN

1.1.
Latar Belakang
Artemia merupakan salah satu makanan hidup yang sampai saat ini paling banyak digunakan dalam usaha budidaya udang, khususnya dalam pengelolaan pembenihan. Sebagai makanan hidup, Artemia tidak hanya dapat digunakan dalam bentuk nauplius, tetapi juga dalam bentuk dewasanya. Bahkan jika dibandingkan dengan naupliusnya, nilai nutrisi Artemia dewasa mempunyai keunggulan, yakni kandungan proteinnya meningkat dari rata-rata 47 % pada nauplius menjadi 60 % pada Artemia dewasa yang telah dikeringkan. Selain itu kualitas protein Artemia dewasa juga meningkat, karena lebih kaya akan asam-asam amino essensial. Demikian pula jika dibandingkan dengan makanan udang lainnya, keunggulan Artemia dewasa tidak hanya pada nilai nutrisinya, tetapi juga karena mempunyai kerangka luar (eksoskeleton) yang sanga tipis,sehingga dapat dicerna seluruhnya oleh hewan pemangsa. Melihat keunggulan nutrisi Artemia dewasa dibandingkan dengan naupliusnya dan juga jenis makanan lainnya, maka Artemia dewasa merupakan makanan udang yang sangat baikjika digunakan sebagai makanan hidup maupun sumber protein utama makanan buatan. Untuk itulah kultur massal Artemia memegang peranan sangat penting dan dapat dijadikan usaha industri tersendiri dalam kaitannya dengan suplai makanan hidup maupun bahan dasar utama makanan buatan. Untuk dapat diperoleh biomassa Artemia dalam jumlah cukup banyak, harus dilakukan kultur terlebih dahulu. Produksi biomassa Artemia dapat dilakukan secara ekstensif pada tambak bersalinitas cukup tinggi yang sekaligus memproduksi Cyst (kista) dan dapat dilakukan secara terkendali pada bak-bak dalam kultur massal ini. (Ir. Sri Umiyati Sumeru )
Pernah ditemukan kista tertua oleh suatu prusahaan pemboran yang bekerja disekitar Danau “ Salt Great “. Kista tersebut diduga berusia sekitar lebih dari 10.000 tahunb ( berdasarkan metode carbon dating ). Setelah diuji, ternyata kista-kista tersebutvmasih bias menetas walaupun usianya 10.000 tahun .( Anonymous, 2008
Beberapa sifat artemia yang menunjang antara lain :
(a) Mudah dalam penanganan, karena tahan dalam bentuk kista untuk waktu
yang lama
(b) Mudah berada ptasi dalam kisaran salinitas lingkungan yang lebar.
(c) Makan dengan cara menyaring, sehingga memper mudah dalam penyedian
pakannya.
(d) Dapat tumbuh dengan baik pada tingkat padat penebaran tinggi. .
(e) Mempunyai nilai nutrisi tinggi, yaitu kandungan protein 40 – 60%.
(f)
Sekarang banyak pembudidaya ikan dan udang memakai pakan alami Artaemia dalam pemberian pakan. Artemia sangat mudah untuk ditetaskan menjadi larva sampai dewasa, tapi harga artemia sangat mahal bagi pembudidaya ikan maupun udang. Biasanya artemia diberikan pada ikan pada saat ikan berumur 12-30 hari. Menurut INVE Aquaculture Belgia Artemia mengandung 56% protein yang biasanya pada udang diberikan pada PL5 dan PL25. ( Anonymous, 2008 )
Gambar 1.1 Artemi salina
1.2 Tujuan
Makalah ini bertujuan untuk mengetahui proses reproduksi Artemia dari berbentuk kista sampai dewasa. Selain itu juga sebagai bahan informasi bagi para pembudidaya ikan dan udang untuk mengetahui pakan alami yang baik diberikan untuk ikan maupun udang yang akan dibudidayakan. Bagi para mahasiswa agar mengetahui apa itu Artemia dan bagaimana proses reproduksinya dari mulai kista sampa dewasa
TINJAUAN PUSTAKA
Artemia atau “brine shrimp” merupakan salah satu jenis pakan alami yang sangat diperlukan dalam kegiatan pembenihan udang dan ikan. Beberapa sifat artemia yang menunjang antara lain :
(a)    Mudah dalam penanganan, karena tahan dalam
bentuk kista untuk waktu yang lama.
(b) Mudah berada ptasi dalam kisaran salinitas
lingkungan yang lebar.
(c) Makan dengan cara menyaring, sehingga memper
mudah dalam penyedian pakannya
(d) Dapat tumbuh dengan baik pada tingkat padat
penebaran tinggi .
(e) Mempunyai nilai nutrisi tinggi, yaitu kandungan
protein 40 – 60%
(b)   Proses reproduksi dari Artemia
(c)    Siklus hidup Artemia bisa dimulai dari saat menetasnya kista atau telur. Setelah 15-20 jam pada suhu 25 derajat celcius kista akan menetas menjadi embrio. Dalam waktu beberapa jam embrio ini masih akan tetap menempel pada kulit kista. Pada fase ini embrio akan tetap menyelesaikan perkembanganya kemudian berubah menjadi naupli yang akan bisa berenang bebas. Pada awalnya naupli aka berwarna orange kecoklatan akibat masih mengandung kuning telur. Artemia yang baru menetas tidak akan makan, karena mulut dan anusnya belum terbentuk dengan sempurna. Setelah 12 jam mereka akan ganti kulit dan memasuki tahap larva kedua. Dalam fase ini mereka akan mulai makan, dengan pakan berupa mikro alga, bakteri, dan detritus organic lainya. Pada dasarnya mereka tidak akan peduli (tidak memilih) jenis pakan yang dikonsumsinya selama bahan tersebut tersedia dalam air dengan ukuran yang sesuai. Naupli akan berganti kulit sebanyak 15 kali sebelum menjadi dewasa dalam kurun waktu. 8 hari. Artemia dewasa rata-rata berukuran sekitar 8 cm, meskipun
(d)   demikian pada kondisi yang tepat mereka dapat mencapai ukuran sampai dengan 20 mm. pada kondisi demikian biomasnya akan mencapai 500 kali dibandingkan biomas pada fase naupli.
(e)    .Gambar 1.2 siklus hidup Artemia
Dalam tingkat salinitas rendah dan pakan yang optimal, betina Artemia bisa menghasilkan naupli sebanyak 75 ekor perhari. Selama masa hidupnya (sekitar 50 hari) mereka bisa memproduksi naupli rata-rata sebanyak 10-11 kali. Dalam kondisi super ideal, Artemia dewasa bisa hidup selama 3 bulan dan memproduksi naupli atau kista sebanyak 300 ekor(butir) per 4 hari. Kista akan terbentuk apabila lingkungnya berubah menjadi sangat salin dan bahan pakan sangat kurang dengan fluktuasi oksigen sangat tinggi antara siang dan malam. Artemia dewasa toleran terhadap selang -18 derajat hingga 40 derajat.. sedangkan temperature optimal untuk penetasan kista dan pertumbuhan adalah 25-30oC. Meskipun demikian hal ini akan ditentukan oleh strain masing-masing. Artemia menghendaki kadar salinitas antara 30-35 ppt, dan mereka dapat hidup dalam air tawar selama 5 jam sebelum akhirnya mati. Variable lain yang penting adalah pH, cahaya, dan oksigen. pH dengan selang 8-9 merupakan selang yang paling baik, sedangkan pH di bawah 5 atau lebih tinggi dari 10 dapat membunuh Artemia. Cahaya minimal diperlukan dalam proses penetasan dan akan sangat menguntungkan bagi perumbuhan mereka. Lampu standar grow-lite sudah cukup untuk keperluan hidup Artemia. Kadar oksigen harus dijaga dengan baik untuk pertumbuhan artemia. Artemia dengan supply oksigen yang baik, Artemia akan berwarna kuning atau merah jambu. Warna ini bisa berubah menjadi kehijauan apabila mereka banyak mengkonsumsi mikro algae.pada kondisi yang ideal seperti ini, Artemia akan tumbuh dah beranak-pinak dengan cepat. Sehingga supply Artemia untuk ikan yang kita pelihara bisa terus berlanjut secara kontinyu. Apabila kadar oksigen dalam air rendah dan air banyak mengandung bahan organic, atau apabila salinitas meningkat, artemia akan memakan bacteria, detritus, dan sel-sel kamir (yeast). Pada kondisi demikian mereka akan berwarna merah atau orange. Apabila keadaan ini terus berlanjut mereka akan mulai memproduksi kista. ( Anonymous, 2008 ).

PEMBAHASAN
1.1. Desain dan konstruksi Tambak
Petakan tambak untuk budidaya artemia umumnya terdiri atas 4 fungsi, yaitu petakan reservoir, evaporasi, distribusi dan petakan budidaya. Selain itu ada pula petak kultur plankton sebagai pelengkap. Petakan reservoir ada dua, petakan reservoir 1 sedalam 60 – 100 cm untuk menampung air laut dengan salinitas 30 – 35 permil, sedangkan petakan reservoir 2 sebagai penampung air bersalinitas tinggi (80 – 120 permil) dari petak evaporasi untuk kemudian dialirkan kedalam petakan distribusi. Petakan evaporasi dibuat dangkal (kedalaman 5 – 7 cm) dengan dasar petakan rata, padat dan miring kesalah satu sisi. Hal ini untuk mempermudah proses evaporasi dan mempercepat aliran air. Dalam petakan ini diharapkan salinitas meningkat sampai dengan 120 permil atau lebih. Petakan distribusi berupa kanal keliling, berfungsi untuk memasok air bersalinitas tinggi (>120 permil) kedalam petakan budidaya. Petakan distribusi dibuat dangkal ( ±5 cm ) untuk memungkinkan salinitas air semakin tinggi. Petakan budidaya merupakan petakanpetakan seluas masing-masing 1.000 – 1.500 M2
dengan kedalaman sekitar 60 cm, dan dilengkapi dengan caren keliling sebagai tempat belindung artemia dalam keadaan ektrim. Pada petakan budidaya inilah kegiatan produksi kista artemia dilakukan dengan memanfaatkan sifat reproduksi ovivar. ( Dijen Perikanan, 2003 )
1.2. Pengelolaan Budidaya
Persiapan tambak dilakukan dengan maksud menghindari adanya kebocoran
pematang dan untuk penyediaan pakan alami (fitoplankton).
Kegiatan persiapan tambak terdiri atas :
1. Pengeringan dasar dan pemadatan pematang
2. Pengapuran 300 – 500 kg/Ha
3. Pemupukan dasar dengan pupuk organik 1.000 kg/ha, TSP 150 kg/ha, dan urea 300 kg/ha
4. Pengisian air salinitas tinggi hingga kedalaman mencapai 40 -50 cm.
5. Pemberantasan hama dengan saponin 10-20 ppm.
Penetasan Nauplii artemia yang ditebarkan berasal dari kista yang telah diteteskan dengan cara dekapsulasi. Untuk penebaran sebaiknya digunakan nauplii instar I, karena instar yang lebih tinggi lebih peka terhadap perubahan salinitas Umumnya penebaran
PEMBAHASAN
1.1. Desain dan konstruksi Tambak
Petakan tambak untuk budidaya artemia umumnya terdiri atas 4 fungsi, yaitu petakan reservoir, evaporasi, distribusi dan petakan budidaya. Selain itu ada pula petak kultur plankton sebagai pelengkap. Petakan reservoir ada dua, petakan reservoir 1 sedalam 60 – 100 cm untuk menampung air laut dengan salinitas 30 – 35 permil, sedangkan petakan reservoir 2 sebagai penampung air bersalinitas tinggi (80 – 120 permil) dari petak evaporasi untuk kemudian dialirkan kedalam petakan distribusi. Petakan evaporasi dibuat dangkal (kedalaman 5 – 7 cm) dengan dasar petakan rata, padat dan miring kesalah satu sisi. Hal ini untuk mempermudah proses evaporasi dan mempercepat aliran air. Dalam petakan ini diharapkan salinitas meningkat sampai dengan 120 permil atau lebih. Petakan distribusi berupa kanal keliling, berfungsi untuk memasok air bersalinitas tinggi (>120 permil) kedalam petakan budidaya. Petakan distribusi dibuat dangkal ( ±5 cm ) untuk memungkinkan salinitas air semakin tinggi. Petakan budidaya merupakan petakanpetakan seluas masing-masing 1.000 – 1.500 M2
dengan kedalaman sekitar 60 cm, dan dilengkapi dengan caren keliling sebagai tempat belindung artemia dalam keadaan ektrim. Pada petakan budidaya inilah kegiatan produksi kista artemia dilakukan dengan memanfaatkan sifat reproduksi ovivar. ( Dijen Perikanan, 2003 )
1.2. Pengelolaan Budidaya
Persiapan tambak dilakukan dengan maksud menghindari adanya kebocoran
pematang dan untuk penyediaan pakan alami (fitoplankton).
Kegiatan persiapan tambak terdiri atas :
1. Pengeringan dasar dan pemadatan pematang
2. Pengapuran 300 – 500 kg/Ha
3. Pemupukan dasar dengan pupuk organik 1.000 kg/ha, TSP 150 kg/ha, dan urea 300 kg/ha
4. Pengisian air salinitas tinggi hingga kedalaman mencapai 40 -50 cm.
5. Pemberantasan hama dengan saponin 10-20 ppm.
Penetasan Nauplii artemia yang ditebarkan berasal dari kista yang telah diteteskan dengan cara dekapsulasi. Untuk penebaran sebaiknya digunakan nauplii instar I, karena instar yang lebih tinggi lebih peka terhadap perubahan salinitas Umumnya penebaran
PENUTUP

SAMBUTAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA

Diposting oleh yuli murniyanti di 00.43 0 komentar
Thursday, 21 October 2010 07:15 administrator 
BANDAR LAMPUNG, 4OKTOBER 2010

Yang Saya Hormati:
1.    Gubernur dan Muspida lingkup Provinsi Lampung;
2.    Walikota dan Muspida lingkup Kota Bandar Lampung;
3.    Para Pejabat Eselon I lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan;
4.    Narasumber Indonesian Aquaculture 2010;
5.    Para undangan dan peserta Indonesian Aquaculture 2010.

Assalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh.

Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua.

Selayaknya kita memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas terselenggaranya acara Indonesian Aquaculture 2010 di Kota Bandar Lampung.Menurut hemat saya acara yang merupakan Agenda Tahunan Nasional Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Kementerian Kelautan dan Perikanan ini bernilai strategis dan penting bagi terbangunnya komunikasi antar pakar dan pelaku usaha sekaligus wahana yang efektif untuk sosialisasi kebijakan dan program terkait pengembangan perikanan budidaya. Komunikasi yang efektif ini memungkinkan kita untuk menyamakan persepsi, menyatukan langkah dan mensinergikan kegiatan dalam upaya mewujudkan Visi Kementerian Kelautan dan Perikanan yang telah kita tetapkan sebagai produsen perikanan terbesar dunia. Untuk itu pada kesempatan ini saya mengajak peran aktif kita semua untuk mengembangkan sektor kelautan dan perikanan secara sinergis dan berkelanjutan.

Bapak Gubernur dan Hadirin yang saya hormati,

Pencapaian visi tersebut diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan posisi Indonesia dalam pergaulan bangsa-bangsa dan meningkatkan perekonomian masyarakat serta penerimaan negara. Memperhatikan potensi yang dimiliki dan tingkat pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan khususnya perikanan budidaya, maka sektor kelautan dan perikanan dapat menjadi penggerak utama (prime mover) perekonomian bangsa.Luasnya backward dan foreward linkage yang terkait dengan kegiatan perikanan maka dapat meningkatkan perekonomian nasional secara umum. Untuk komoditas ekonomis tinggi, yang lebih berpeluang untuk pengembangan ekspor, dapat melibatkan pelaku usaha yang lebih banyak sehingga meningkatkan penerimaan negara dari pajak dan devisa.

Secara lebih khusus, sesuai dengan misi kita dalam mengembangkan kegiatan perikanan dimaksudkan untuk dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan. Dengan harapan kita ingin mewujudkan profesi nelayan, pembudidaya ikan, serta para pengolah hasil perikanan menjadi masyarakat yang berpendapatan tinggi dan bukan menjadi profesi yang identik dengan kemiskinan. Karena itu, sektor ini mendapat perhatian yang besar dari pemerintah.

Pada pelaksanaannya ke depan, saya telah gariskan bahwa salah satu kebijakan dalam pengembangan sektor kelautan dan perikanan dilakukan dengankonsep Minapolitan. Minapolitan adalah suatu manajemen ekonomi kawasan berbasis kelautan dan perikanan guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada peningkatan pendapatan masyarakat. Pada sebuah wilayah sesuai sumberdaya yang dimiliki bisa dikembangkan berbagai kegiatan usaha kelautan dan perikanan dari hulu hingga hilir.
Pendekatan dalam konsep minapolitan menganut prinsip integrasi, efisiensi, kualitas, dan akselerasi.Prinsip integrasi tidak hanya mancakup kegiatan yang langsung terkait dengan pembudidayaan ikan akan tetapi juga meliputi perdagangan dan jasa terkait kebutuhan masyarakat di lokasi Minapolitan. Untuk itu dengan formulasi program yang jelas dan logis,seluruh intansi dan lembaga terkait kita mintakan dukungan dan partisipasinya seperti: Kementerian PU, ESDM, Kesehatan, Pendidikan, Perindustrian, Perdagangan, pemerintah daerah serta perbankan dan swasta. Sebagai awal dari pengembanganminapolitan, pada tahun 2011 kita telah tetapkan 24 kawasan minapolitan budidaya sebagai model percontohan untuk pengembangan kawasan potensial budidaya lainnya di seluruh Indonesia.

Sumberdaya kelautan dan perikanan selama ini dimanfaatkan untuk kegiatan perikanan tangkap, perikanan budidaya dan jasa-jasa kelautan. Memperhatikan trend peningkatan produksi dan sifat sumberdaya perikanan tangkap yang pengembangannya ke depan harus dikendalikan pada batas jumlah tangkap lestari,maka untuk mencapai target produksi sebagai penghasil perikanan terbesar dunia, produksi perikanan budidaya harus terus kita tingkatkan. Pada periode lima tahun ke depan, yaitu sampai akhir tahun 2014, kita telah tetapkan peningkatan produksi perikanan budidaya sebesar 353%.

Besarnya target peningkatan produksi perikanan budidaya tersebut memungkinkan untuk dicapai karena ketersediaan potensi sumberdaya dan lahan yang memadaiserta keragaman komoditi ungulan yang kita miliki. Namun demikian, tentu saja dukungan inovasi teknologi perikanan budidaya sangat dibutuhkan untuk akselerasi peningkatan produksi dan produktivitasusaha budidaya dalam memacu pencapaian target produksi.
Teknologi penyediaan induk dan benih unggul, inovasi wadah dan sistem budidaya serta teknologi pengendalian penyakit ikan dan lingkungan harus terus dikembangkan dan diterapkan. Oleh karena itu saya yakin arena Indoaqua ini, dimana bertemu para pakar dan pelaku usaha, baik pada kegiatan seminar, maupun pameran dan temu bisnis, akan sangat bermanfaat dalam upaya kita mengkomunikasikan hasil-hasil teknologi budidaya terkini untuk dapat lebih mengembangkan kegiatan usaha perikanan budidaya yang lebih efektif dan efisien, sehingga mempunyai daya saing yang lebih tinggi.

Bapak Gubernur dan Hadiran yang saya hormati,

Terakhir saya sampaikan apresiasi kepada panitia pelaksana dan pihak-pihak yang mendukung terlaksananya Indonesian Aquaculture 2010, lebih khusus saya menyampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada Gubernur Lampung sebagai tuan rumah dari penyelenggaraan Indonesian Aquaculture 2010.Event ini terasa lebih semarak mengingat Lampung sebagai pintu masuk Pulau Sumatera ke ibukota negara. Disamping itu Provinsi Lampung merupakan daerah yang sangat potensial bagi pengembangan perikanan budidaya dengan memiliki sumberdaya yang beragam baik untuk tawar, laut apalagi payau. Kita ketahui bahwa Provinsi Lampung adalah kontributor terbesar untuk produksi udang nasional.

Harapansaya terhadap pelaksanaan event ini dapat menjadi media promosi, komunikasi dan bertukar informasi pelaku terkait perikanan budidaya yang dapatmemberikan manfaat seluas-luasnya kepada masyarakat dan pembudidaya.

Akhirnya dengan selalu memohon keridhoan-Nya, seraya mengucapkan “Bismillahirrahmanirrohim” Indonesian Aquaculture 2010secara resmisaya nyatakan dibuka.
Wassalamu ‘alaikum wr. wb.

evaluasi kesehatan benih ikan mas dan nila hasil hibrida dan pemurnian

Diposting oleh yuli murniyanti di 00.29 0 komentar
EVALUASI KESEHATAN BENIH IKAN MAS DAN NILA
HASIL HIBRIDISASI DAN PEMURNIAN
RINGKASAN
Oleh : E. Mudjiutami, Y. Eliyani, Z. Zainun

Kegiatan pemurnian induk dan perbaikan mutu benih hibrida diharapkan mampu menanggulangi kebutuhan benih berkualitas dengan pertumbuhan yang cepat dan toleran terhadap penyakit. Untuk itu diperlukan informasi tentang tingkat ketahanan benih ikan mas dan hasil pemurnian dan hibridisasi terhadap jenis parasit dan bakteri pathogen.
Pengamatan terhadap prevalensi dan intensitas serangan Trichodina sp. menunjukan bahwa hasil perkawinan antara Sinyonya-Sinyonya lebih rentan dibandingkan dengan hasil perkawinan Sinyonya-Majalaya, Majalaya-Sinyonya dan Majalaya-Majalaya. Demikian pula terhadap serangan bakteri Aeromonas hydrophylla.
Ikan nila hasil pemurnian lebih rentan terhadap Trichodina sp. dan bakteri Aeromonas hydrophylla dibandingkan dengan ikan nila hasil persilangan antar strain ( NIFI, GIFT, Citralada dan lokal). Sedangkan ketahanan tubuh benih nila hasil persilangan antar strain terhadap serangan Aeromonas hydrophylla dan Trichodina sp. relatif sama.
Pada tahun 1998/1999 akan dilakukan upaya peningkatan daya tahan tubuh terhadap penyakit pada ikan mas dengan menggunakan bahan yang dapat menstimulir kekebal

produksi perikanan tangkap laut lampung meningkat

Diposting oleh yuli murniyanti di 00.25 0 komentar

Produksi Perikanan Tangkap Laut Lampung Meningkat

BANDARLAMPUNG: Produksi perikanan tangkap laut Lampung pada 2010 sebesar 164.551 ton lebih atau naik 13,60 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
“Pada 2009, produksi perikanan laut Lampung hanya 144.856 ton,” kata Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung, Makmur Hidayat di Bandarlampung, Rabu 20 April 2011.
Ia menjelaskan, produksi perikanan laut itu berasal dari beberapa kabupaten/kota di Lampung seperti Lampung Timur, Lampung Tengah, Lampung Barat, Bandarlampung, Tulangbawanag, Pesawaran, Lampung Selatan dan lain-lain.
Meurutnya, di antara kabupaten/kota itu, produksi ikan terbanyak pada periode itu terdapat di Kabupaten Lamnpung Timur dengan 39.941 ton, disusul Lampung Selatan 26.000 ton lebih dan Tanggamus sebesar 20.659 ton.
Sementara produksi perikanan tangkap umum di Lampung pada periode yang sama yakni 8.530 ton atau turun sekitar 42 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya dengan produksi 14000 ton lebih.
Kepala Bidang Perikanan Tangkap Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung itu lebih lanjiut mengatakan, produksi perikanan tangkap Provinsi Lampung selama 2010 sebanyak 132.333,52 ton, turun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 173.082,25 ton.
Lampung lanjutnya, memiliki potensi kelautan dan perikanan yang besar mulai dari perikanan darat, laut, pesisir dan pulau-pulau kecil, dengan luas perairan laut 24,820 km2 atau 41,2 persen dari wilayah Provinsi Lampung, dengan panjang garis pantai 1.105 km dan 130 buah pulau kecil.
Produksi perikanan tangkap di Lampung baru mencapai sekitar 41 persen. Padahal produksinya diperkirakan sebanyak 388 ribu ton per tahun.
Di sisi lain, kata Makmur, perkembangan produksi perikanan tangkap di Lampung masih relatif kecil sehingga diperlukan upaya untuk mengoptimalkan hasil tangkapan.
Khusus perikanan tangkap laut, menurutnya, nelayan harus memiliki armada atau kapal besar berbobot di atas 30 GT serta peralatan lainnya.
Selain itu, nelayan juga perlu diberikan modal untuk melaut atau mencari ikan. “Biasanya nelayan sekali melaut memerlukan biaya sekitar Rp30 juta untuk biaya operasional selama seminggu,” jelasnya.
Saat ini, lanjutnya, hampir 70 persen nelayan di Lampung hanya memiliki perahu dengan kapasitas kecil di bawah 5 GT. Sehingga, mereka tidak bisa mencari ikan lebih jauh di laut yang memiliki potensi perikanan yang banyak. (ant)

pembenihan ikan air tawar

Diposting oleh yuli murniyanti di 00.07 0 komentar
PEMBENIHAN IKAN BAWAL AIR TAWAR
( Colossoma macropomum
I. PENDAHULUAN
Bawal ( Colossoma macropomum ) merupakan salah satu komoditas perikanan yang bernilai ekonomis cukup tinggi. Ikan ini berasal dari Brazil. Pada mulanya ikan bawal diperdagangkan sebagai ikan hias, namun karena pertumbuhannya cepat, dagingnya enak dan dapat mencapai ukuran besar, maka masyarakat menjadikan ikan tersebut sebagai ikan konsumsi. Sebutan lain ikan bawal adalah Gamitama (Peru), Cachama (Venezuela), Red Bally Pacu (Amerika Serikat dan Inggris). Sedangkan di negara asalnya disebut Tambaqui.
Walaupun ketenaran ikan bawal belum dapat disejajarkan dengan komoditas perikanan lainnya, namun permintaan konsumen setiap tahunnya terus meningkat, baik untuk konsumsi dalam negeri maupun ekspor. Maka tak heran, bila dimasa yang akan datang akan menjadi komoditas unggulan seperti jenis-jenis ikan lainnya.  
II. BIOLOGI
  • Secara sistematika ikan bawal termasuk kedalam Genus Chacacoid dan species Colossoma macropomum.
  • Badan agak bulat, bentuk tubuh pipih, sisik kecil, kepala hampir bulat, lubang hidung agak besar, sirip dada di bawah tutup insang, sirip perut dan sirip dubur terpisah, punggung berwarna abu-abu tua, perut putih abu-abu dan merah.
  • Ikan bawal banyak ditemukan di sungai sungai besar seperti Amazon (Brazil), Orinoco (Venezuela). Hidup secara bergerombol di daerah yang airnya tenang.
  • Bawal termasuk ikan karnivora, Giginya tajam namun tidak ganas seperti piranha. Makanan yg disukai pada fase larva adalah Brachionus sp., Artemia sp., dan Moina sp.
  • Induk bawal sudah mulai dapat dipijahkan pada umur 4 tahun bila pertumbuhannya normal dapat mencapai berat 4 kg.
  • Pemijahannya terjadi pada musim penghujan. 


III. PEMBENIHAN
A. Pemeliharaan Induk
  • Induk-induk dipelihara di kolam dengan kepadatan 0,5 kg/m2. Setiap hari diberi pakan tambahan berupa pelet sebanyak 3 prosen dari berat tubuh ikan dan diberikan 3-4 kali sehari. Menjelang musim hujan jumlah pakannya ditambah menjadi 4 prosen. Induk betina yang beratnya 4 kg dapat menghasilkan telur sebanyak +400.000 butir.
  • Tanda Induk yang matang Gonad.
  • Betina: perut buncit, lembek dan lubang kelamin berwarna kemerahanJantan: perut langsing, warna merah dalam ditubuhnya lebih jelas dan bila diurut dari perut kearah kelamin keluar cairan berwarna putih/sperma.
B. Pemijahan.
  • Pemijahan ikan bawal air tawar bisa dilakukan secara Induced Spawning, caranya induk betina disuntik hormon LHRH-a sebanyak 3 ?g/kg atau ovaprim 0,75 ml / kg . Induk jantan menggunakan LHRH-a sebanyak 2 ?g/kg atau ovaprim 0,5 ml/kg. LHRH-a dilarutkan dalam larutan 0,7 % NaCl.
  • Induk betina disuntik dua kali dengan selang waktu 8-12 jam. Penyuntikan pertama sebanyak 1/3 bagian dari dosis total dan penyuntikan kedua 2/3 nya.
  • Induk yang sudah disuntik dimasukkan kedalam bak pemijahan yang dilengkapi dengan hapa. Selama pemijahan air harus tetap mengalir. Pemijahan biasanya terjadi 3 sampai 6 jam setelah penyuntikan kedua.
C. Penetasan
  • Setelah memijah telur-telur diambil menggunakan scope net halus, kemudian telur tersebut ditetaskan didalam akuarium yang telah dilengkapi dengan aerasi dan water heater dengan suhu 27 - 29oC. Kepadatan telur antara 100 - 150 butir/liter, biasanya Telur-telur akan menetas dalam waktu 16 - 24 jam.
D. Pemeliharaan Larva  
  • Larva dipelihara dalam akuarium yang sama, namun sebelumnya 3/4 bagian airnya dibuang. Padat penebaran larva 50 - 100 ekor/liter larva yang berumur 4 hari diberi pakan berupa naupli Artemia, Brachionus atau Moina. Pemeliharaan larva ini berlangsung selama 14 hari. Selama pemeliharaan larva, air harus diganti setiap hari sebanyak 2/3 bagiannya. Setelah berumur 14 hari larva siap ditebar ke kolam pendederan.  
E. Pendederan 
  • Pendederan ikan bawal dilakukan di kolam yang luasnya antara 500 -1.000 m2. Namun kolam tersebut harus disiapkan seminggu sebelum penebaran benih. Persiapan meliputi pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah dasar dan pembuatan kemalir.
  • Setelah itu kolam dikapur dengan kapur tohor sebanyak 50 - 100 gram/m2 dan dipupuk dengan pupuk organik dengan dosis 500 gram/m2. Kemudian diisi air.
  • Bila kolam sudah siap, larva diebar pada pagi hari dengan kepadatan 50 - 100 ekor/m2.
  • Setiap hari diberi pakan tambahan berupa pelet halus sebanyak 750 gram/10 ribu ekor larva dengan frekuensi tiga kali sehari.
  • Pemeliharaan di kolam pendederan selama 21 hari. 
IV. Penyakit
Penyakit yang pernah ditemukan pada ikan bawal air tawar yang berumur satu bulan antara lain disebabkan oleh parasit, bakteri dan Kapang (Jamur) 
Parasit


  • " Ich " Atau " White spot ", biasanya menyerang ikan apabila suhu media pemeliharaan dingin, cara mengatasinya yaitu dengan menaikkan suhu (dengan water heater) sampai kurang lebih 29 derajat Celcius dan pemberian formalin 25 ppm. Pada media pemeliharaannya.



  • Bakteri.


  • Streptococus sp. dan Kurthia sp. cara mengatasinya yaitu dengan menggunakan antibiotik tetrasiklin dengan dosis 10 ppm.



  • Selasa, 18 Oktober 2011

    minapolitan ikan tuna

    Diposting oleh yuli murniyanti di 23.30 0 komentar

    Minapolitan Tuna Terganjal Kendala


    Pacitan, Kompas - Kementerian Kelautan dan Perikanan akan mengembangkan kawasan minapolitan tuna di Pacitan, Jawa Timur. Namun, hanya satu pelabuhan perikanan dari total 17 pelabuhan di Pacitan yang dikembangkan untuk tuna.

    Menteri Kelautan dan Perikanan Fadel Muhammad di Pacitan, Selasa (8/6), mengemukakan, pihaknya akan intervensi untuk mendorong Pacitan menjadi kawasan minapolitan melalui koordinasi dengan lintas kementerian.

    Selasa, 04 Mei 2010


    Hari Bumi tahun 2010, perusahaan film kartun Disney kembali meluncurkan karya terbaiknya tentang alam yang diberi judul 'Oceans'. Film ini bisa dikatakan sebagai serial lanjutan dari film disney nature sebelumnya, Earth, yang diluncurkan pada hari Bumi tahun 2009. Oceans bercerita tentang betapa indahnya dunia dibawah air dan segala sesuatu yang ada di lautan lepas.


    Film ini disutradarai oleh Jacques Perrin dan Jacques Cluzaud. Mereka berdua berkeliling ke seluruh lautan dunia untuk menyibak misteri yang terjadi di bawah laut. Kamera berteknologi tinggi pun digunakan untuk mengambil gambar - gambar luar biasa tentang kehidupan di bawah laut.
    Mari kita saksikan trailernya berikut ini...

    Minggu, 16 Oktober 2011

    perikanan

    Diposting oleh yuli murniyanti di 18.50 1 komentar
    perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan pemanfaatan sumber daya keanekaragaman hayati budidaya laut dan perairan.
     

    perikanan Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting