INDONESIA tak ubahnya perempuan cantik yang sibuk bersolek dan bepergian, sementara rumah dan keluarganya tidak terurus. Dalam kepemimpinan beberapa presiden hingga Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat ini, Indonesia boleh bangga dengan keberhasilan menggelar berbagai event, seperti KTT ASEAN Plus dan lainnya, di samping kesibukan Presiden dan jajarannya bepergian ke luar negeri guna memenuhi undangan. Tetapi kondisi di dalam negeri sendiri karut-marut.
Terkait dengan Hari Nusantara 2011 yang diperingati setiap tanggal 13 Desember, termasuk Selasa (13/12) lalu misalnya, banyak di antara kita tersadar betapa laut luas yang dimiliki dari dulu hingga kini tidak pernah dimanfaatkan secara maksimal. Bahkan Menteri Kelautan dan Perikanan, Sharif Cicip Sutardjo, dalam sambutannya pada acara peringatan Hari Nusantara 2011, di Dumai, Riau, Selasa lalu, mengimpikan kebangkitan Indonesia sebagai negara maritim.
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, dalam sambutan tertulisnya pada acara sama, malah merasa perlu mengingatkan bangsa, tentunya terutama aparat keamanan, untuk tidak membiarkan bangsa lain menguasai dan menikmati kekayaan laut Nusantara. Apa yang dikatakan Cicip dan Purnomo sangat beralasan, sebab laut kita mengandung kekayaan tak terhingga. Bukan hanya ikan, minyak bumi, tapi juga keindahan pantai/lautan yang laku dijual sebagai tujuan wisata.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia, di mana 70 persen wilayahnya terdiri dari laut/perairan, adalah aneh jika Indonesia mengimpor ikan dan garam. Itu bukan saja dapat dikatakan penghinaan,karena seharusnya negeri ini memiliki hasil ikan dan garam melimpah,tetapi juga membunuh para petani/nelayan yang masih tradisional.
Karena itu, apa yang disuarakan dua menteri anggota Kabinet Indonesia Bersatu tentang laut Indonesia, seharusnya ditindaklanjuti. Pemerintah, dari Presiden hingga pelaksana di lapangan, harus mendukung penuh dan serius memaksimalkan hasil laut. Kekayaan laut Indonesia yang melimpah tak boleh disia-siakan. Manfaatkanlah untuk kemakmuran dan kesejahteraan bangsa.
Beberapa tahun terakhir Kementerian Kelautan dan Perikanan telah memperlihatkan tekad mengerahkan seluruh kemampuan agar hasil laut Indonesia benar-benar menguntungkan rakyat. Tidak hanya mengondisikan agar petani/nelayan memaksimalkan upaya agar bisa memanfaatkan kekayaan laut, tetapi kementerian itu juga berupaya menangkal agar laut Indonesia tidak dijarah asing.
Tapi, siapa pun tentu maklum, apa yang dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan tidak akan maksimal tanpa dukungan, terutama dari segi keamanan. Kita juga maklum, apa yang dapat dilakukan TNI-AL yang diharapkan melakukan pengamanan secara total jika peralatan/senjata tak memadai.
Presiden SBY sepantasnya memberikan perhatian khusus terhadap kekayaan laut, melebihi pendahulunya. Dalam kondisi daratan yang boleh dibilang sudah terkuras, termasuk hutan-hutan yang gundul akibat pembabatan hutan, laut adalah harapan paling menjanjikan.
Ketika pengangguran masih tinggi, kemampuan ekonomi rakyat miskin tidak kunjung berhasil diperbaiki, sangat tepat pemerintah mengalihkan pandangan kepada sumber lain. Bangkitkanlah kejayaan yang pernah diraih nenek moyang negeri ini, menjadikan laut sebagai ladang utama. Ubahlah cara pandang, dari orientasi daratan ke lautan. Jangan biarkan kekayaan laut kita terus-menerus dijarah bangsa lain, pada saat sebagian rakyat diimpit kemiskinan.***
Rabu, 14 Desember 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar